- Home>
- MELAWAN TERORIS
Posted by : Unknown
Selasa, 01 Desember 2015
Melawan Terorisme Tak Harus dengan Kekerasan
JAKARTA - Gerakan radikalisme berkedok agama yang
diterapkan kelompok Islamic State Iraq and Syria (ISIS) patut
diwaspadai. Pasalnya, gerakan kelompok ini telah menyentuh baik pada
skala global maupun nasional.
"DPP Laskar Aswaja menentang aksi teror mengatasnamakan agama, tetapi
juga menolak aksi balas dendam dalam bentuk kekerasan," ujar Adhi di
Jakarta, Minggu (29/11/2015).
Tindakan radikalisme tersebut kata dia, dapat dicegah dengan metode persuasif dan preventif. Tindakan persuasif dapat dilakukan dalam bentuk dialog, sedangkan preventif dapat berupa edukasi dan sosialisasi secara sistematis dan masif.
Oleh karenanya, Laskar Aswaja, lanjut Adhi, menggelar kegiatan Diklatsus Braja I DPP Laskar Aswaja se-Jakarta, Banten dan Jawa Barat dengan bertempat di Ponpes Sunan Kalijaga, Cisoka, Kabupaten Tangerang, Banten pada 27–29 November 2015.
Kegiatan yang ini diikuti oleh ratusan peserta tersebut bertujuan membentuk Brigade Ahlussunnah Wal Jamaah (Braja). Braja nantinya akan membawa misi Laskar Aswaja untuk mengawal dan menjaga nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah yang esensinya adalah Islam rahmatan lil alamin.
"Untuk melawan aksi terorisme dalam bentuk tindakan kekerasan dan intimidasi tak harus dengan kekerasan, tetapi bisa dengan edukasi dan sosialisasi. Brigade Aswaja akan melakukan gerakan Islam rahmatan lil alamin ke berbagai ponpes, majelis taklim dan lembaga pendidikan lainnya," papar Adhi.
Menurutnya, gerakan atau aksi-aksi teror yang dilancarkan kelompok radikali ISIS dan kelompok lainnya yang mengatasnamakan agama, jelas bukan atas dasar norma agama, tetapi pemahaman atas ajaran agama yang salah. Pemahaman dan pemikiran yang salah inilah yang harus diluruskan.
"Pemerintah melalui Kementerian Agama harus serius melakukan pendekatan dialogis dan memberikan porsi yang lebih pada program-program edukasi bekerjasama dengan pondok pesantren, majelis taklim dan ormas-ormas keagamaan," tukasnya.
Tindakan radikalisme tersebut kata dia, dapat dicegah dengan metode persuasif dan preventif. Tindakan persuasif dapat dilakukan dalam bentuk dialog, sedangkan preventif dapat berupa edukasi dan sosialisasi secara sistematis dan masif.
Oleh karenanya, Laskar Aswaja, lanjut Adhi, menggelar kegiatan Diklatsus Braja I DPP Laskar Aswaja se-Jakarta, Banten dan Jawa Barat dengan bertempat di Ponpes Sunan Kalijaga, Cisoka, Kabupaten Tangerang, Banten pada 27–29 November 2015.
Kegiatan yang ini diikuti oleh ratusan peserta tersebut bertujuan membentuk Brigade Ahlussunnah Wal Jamaah (Braja). Braja nantinya akan membawa misi Laskar Aswaja untuk mengawal dan menjaga nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jamaah yang esensinya adalah Islam rahmatan lil alamin.
"Untuk melawan aksi terorisme dalam bentuk tindakan kekerasan dan intimidasi tak harus dengan kekerasan, tetapi bisa dengan edukasi dan sosialisasi. Brigade Aswaja akan melakukan gerakan Islam rahmatan lil alamin ke berbagai ponpes, majelis taklim dan lembaga pendidikan lainnya," papar Adhi.
Menurutnya, gerakan atau aksi-aksi teror yang dilancarkan kelompok radikali ISIS dan kelompok lainnya yang mengatasnamakan agama, jelas bukan atas dasar norma agama, tetapi pemahaman atas ajaran agama yang salah. Pemahaman dan pemikiran yang salah inilah yang harus diluruskan.
"Pemerintah melalui Kementerian Agama harus serius melakukan pendekatan dialogis dan memberikan porsi yang lebih pada program-program edukasi bekerjasama dengan pondok pesantren, majelis taklim dan ormas-ormas keagamaan," tukasnya.